Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apa yang Dimaksud dengan Stoikisme?

 Apa yang Dimaksud dengan Stoikisme?

Definisi stoikisme untuk pemula singkatnya : Stoikisme pertama kali diperkenalkan di Yunani oleh seorang filsuf bernama Zeno di awal abad ke tiga sebelum masehi. Kemudian di sebarluaskan oleh beberapa ilmuan, politikus dan filsuf lainnya.

Ilmu ini menekan pada kebijaksaan berasa dari kebahagian serta pertimbangan pada padangan terhadap segala hal yang ada di dunia, yang di dasari dengan perilaku, bukan berdasaran kata-kata. Karena pada hakekatnya kita tidak dapat mengendalikan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi diluar diri kita sendiri, tetapi dapat mengendalikan diri kita dengan merespon peristiwa yang terjadi. 

Stoikisme memiliki prinsip dasar dalam keilmuannya yakni menyiapkan dan mengingatkan kita bahwa segala peristwa yang terjadi di dunia serta dihadapi oleh kita itu tak terduga sebelumnya. Disertai dengan betapa singkat durasi waktu peristiwa itu terjadi dalam kehidupan kita. 

Filsafar stoikisme ialah ilmu yang menuntun kita agar dapat tetap tabah, kuat dalam mengendalikan diri. Sampai pada titik dimana kita mempelajari bahwa segala ketidakpuasan ataupun kekecewaan adalah berasal dari reaksi pada indera yang kita miliki secara spontan bukan berasal dari logika.  

Stoikisme bukanlah teori yang rumit tentang dunia, karena tujuannya adalah ingin membantu kita untuk mengatasi segala emosi yang dapat menghancurkan diri sendiri dan fokus kepada aksi nyata yang bisa dilakukan dalam menghadapi dunia. Ilmu ini dibangun untuk aksi nyata, bukan untuk debat yang tidak ada habisnya.

Karya dan tulisan mengenai Stoikisme lebih mirip persiapan pemanasan olahraga dan Yoga daripada sebuah buku filsafat yang ditulis oleh seorang profesor. Bagian paling utama dari ilmu ini adalah bagaimana membentuk dan menyiapkan pola pikir dalam filsafat kehidupan.

Kegiatan dan ilmu Stoikisme lebih dikenal sebagai “latihan spiritual” dimana seseorang bisa mendapatkan kekuatan dari latihan itu, terutama untuk definisi stoikisme untuk pemula pada artikel ini.

Mari kita tengok sembilan latihan yang paling utama dalam definisi stoikisme untuk pemula ini

1. Melatih Kemalangan

Defisini dalam stoikisme adalah Latihan dalam mengatasi rasa takut baik dalam pikiran dalam keseharian. Dangan menekan bila terjadi sesuatu hal buruk dalam kehidupan itu hanya kesementaraan saja.

Seorang ahli bernama Seneca berpendapat bahwa “Waktu yang tepat dalam mempersiapkan jiwa untuk lebih kuat dalam untuk menghadapi hal-hal buruk dan sulit ialah ketika tenang, ketika sedang mengalami kebahagian adalah saat yang tepat untuk mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi penolakan.

2. Melatih Persepsi Saat Menghadapi Peristiwa Buruk ataupun Baik.

“Yakinkan diri bahwa kita tidak akan merasa sakit maka rasa sakit itu tidak akan dirasakan. Jangan merasa sakit maka kita tidak akan pernah merasa sakit.” – Marcus Aurelius.

efinisi stoikisme untuk pemula memiliki sebuah latihan yang disebut memutarbalikkan Rintangan. Latihan ini adalah contoh nyata dari seni sebuah ilmu filsafat. Karena sejatinya Anda dapat memutarbalikkan segala masalah, segala “keburukan” menjadi sumber kebaikan. 

“Sebuah halangan tehadap sebuah tindakan akan memacu tindakan. Apa yang menjadi rintangan dalam perjalanan akan membuka perjalanan baru.”

3. Ingatlah – Tidak Ada yang Abad

ingatlah betapa kecilnya kita. Karena itu kita harus ingat juga betapa kecilnya segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Ingatlah bahwa sebuah kejayaan tidak abadi, dan hasrat Anda untuk meraih kejayaan yang Anda inginkan itu juga tidak abadi dan dapat menghilang dengan cepat secara instan.

Lalu jika segalanya tidak abadi, hal apa yang berarti? Hal yang paling berarti adalah saat ini. Menjadi orang baik dan melakukan hal yang benar saat ini juga, itulah hal yang paling penting dan paling berarti dalam hidup.

4. Lihat Segalanya dari Atas

“Dengan melihat dari atas akan mengubah penilaian kita terhadap banyak hal: kemewahan, kekuasaan, perang… dan segala kekhawatiran kecil yang kita rasakan dalam hidup sehari-hari akan berubah menjadi terasa sangat konyol.”

Bisa dilihat betapa kecilnya kita dibandingkan sagala skenario besar yang terjadi di sekitar, kita hanyalah bagian kecil dari latihan yang harus kita lakukan. Tahap kedua dari latihan ini kita masuk lebih dalam lagi, kepada hal yang disebut oleh penganut Stoikisme sebagai sympatheia, yang memiliki arti ketergantungan yang saling menguntungkan terhadap seluruh manusia. Seperti yang dikatakan seorang astronot yang menjadi orang pertama yang ‘melihat segalanya dari atas’ bernama Edgar Mitchell, “Di luar angkasa engkau akan merasakan sebuah kesadaran baru, memikirkan semua orang, merasakan ketidakpuasan dengan keadaan dunia saat ini, dan perasaan kuat untuk bagaimana melakukan sesuatu untuk kebaikan dunia.” Maka ambillah langkah sedikit ke belakang untuk menjauhkan diri Anda dari segala kekahwatiran Anda dan ingatlah bahwa masih banyak orang di luar sana untuk Anda bantu. Ambillah sudut pandang seorang Plato.

5. Memento Mori: Renungkanlah Kematianmu

“Mari kita siapkan mental kita bagaikan esok adalah hari terakhir dalam hidup kita. Berhenti menunda. Mari kita mulai seimbangkan hidup kita,…Karena sejatinya seseorang yang memberi sentuhan akhir dalam hidupnya setiap hari tidak pernah kehilangan waktunya.” Seneca

 Pemikiran ini adalah pengingat agar kita segera menjalani hidup demi melakukan kebajikan sekarang juga tanpa menunggu lagi.

Bila Anda kurang memahami sepenuhnya mengenai “merenungkan kematian” ini mungkin dapat membuat Anda depresi. Tetapi dari sudut pandang Stoikisme, pemikiran ini menyegarkan dan membuat kita selalu rendah hati. Tidaklah mengherankan bila kita lihat salah satu biografi Seneca berjudul Sekarat Setiap Hari. Lagipula, Seneca-lah yang mengatakan “Engkau mungkin tidak akan bangun lagi esok hari,” saat akan tidur dan “Engkau mungkin tidak akan pernah tidur lagi,” ketika bangun tidur. Hal ini ia katakan semata-mata sebagai pengingat ketidakabadian kita. Atau seperti yang dikatakan oleh tokoh Stoikisme lainnya, Epictetus, ia mengatakan pada murid-muridnya: “Selalu tempatkan kematian dan keterasingan di depan matamu setiap hari, bersamaan dengan segala sesuatu yang terlihat buruk – dengan melakukan itu kamu tidak akan memikirkan atau memiliki hasrat berlebihan terhadap dunia ini.” Gunakan hal ini sebagai pengingat dan renungkanlah setiap hari – jadikan pemikiran-pemikiran di atas sebagai dasar dalam menjalani hidup sepenuhnya tanpa menunda sedetik pun dalam hidup.

6. “Apakah Ini Masih di Dalam Kendali Saya”

“Tugas utama kita dalam hidup adalah: dapat memisahkan masalah agar kita dapat mengatakan pada diri sendiri bahwa segala sesuatu yang berasal dari luar diri kita berada di luar kendali kita, tetapi kita bisa mengendalikan pilihan kita. Lalu kemana saya harus mencari kebaikan dan keburukan? Bukan dari luar yang tidak dapat dikendalikan, tetapi lihatlah ke dalam diri kepada pilihan-pilihan kita sendiri..” Epictetus

Ada satu hal paling penting dalam filsafat stoikisme adalah membedakan mana hal yang bisa kita ubah dan mana hal yang yang tidak dapat kita ubah. Mana yang bisa kita pengaruhi dan mana yang tidak. Kita ambil contoh sebuah penerbangan mengalami keterlambatan karena terjadi badai – berapapun komplain dan teriakan di resepsionis bandara yang dapat menghentikan badai. Sebesar apapun harapan tidak ada pengaruhnya sama sekali pada tinggi badan Anda dan dimana Anda dilahirkan. Seberapa keras usaha Anda tidak akan membuat orang seseorang dapat menyukai Anda. Hentikan membuang waktu Anda kepada hal dan objek yang tidak bisa dipindahkan, mulailah bergerak kepada hal yang bisa kita kendalikan.

Bila Anda bisa membedakan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak maka hidup Anda akan lebih bahagia, dan Anda akan jauh lebih maju dibanding mereka yang masih berkutat dalam pertarungan yang tidak mungkin mereka menangkan itu.

7. Jurnal

seni membuat jurnal lebih dari sekedar menulis diary. Karena kegiatan sehari-hari inilah yang menjadi filosofinya. Menyiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk menghadapi hari esok. Bercermin pada hari yang telah berlalu. Mengingatkan kepada diri sendiri apa saja yang didapat dari guru-guru kita, dari bacaan kita, dari pengalaman kita. Karena tidak cukup bila kita hanya mendengarkan pesan-pesan itu sekali saja, karena kita harus melatihnya berulang kali terus menerus, menempelkannya pada ingatan kita, dan yang paling penting adalah, menuliskan semuanya sambil merasakan tulisan itu mengalir keluar dari jari-jari kita.

bila kita tengok lebih jauh bisa disimpulkan bahwa, membuat jurnal secara rutin adalah Stoikisme. Kedua hal ini harus selalu seiring sejalan karena hampir tidak mungkin untuk memahami Stoikisme tanpa menuangkannya dalam tulisan.

8. Latihan Membayangkan Peristiwa Negatif/Buruk yang Dapat Terjadi

persiapan menghadapi kejahatan atau keburukan adalah membayangkan kemungkinan buruk atau membayangkan bila suatu saat sesuatu yang kita cintai direnggut. ini membantu mempersiapkan diri terhadap kemungkinan buruk yang sewaktu-waktu dapat terjadi dalam hidup kita. Karena akan ada masa dimana kita tidak mendapatkan apa yang seharusnya kita raih walaupun sesungguhnya kita layak mendapatkannya. Tidak selalu segala hal berjalan lancar seperti yang kita rencanakan. Kita harus mempersiapkan diri kita secara psikologis apabila hal buruk terjadi sewaktu-waktu. Latihan ini adalah salah satu latihan dengan dampak paling kuat dalam Stoikisme untuk membangun ketahanan dan kekuatan diri.

9. Amor Fati: Cintai Segala Apapun yang Terjadi

Seorang filsuf Jerman Friedrich Nietzsche yang menjabarkan kemampuan unggul manusia dengan istilah amor fati – mencintai takdir. “Bahwa seseorang tidaklah menginginkan sesuatu yang berbeda baik dari depan, belakang, selamanya tidak pernah. Tanpa pernah menyembunyikan hal yang harus ditanggungnya karena hanya ada satu cara….mencintai apapun peristiwa yang menimpanya.”

Para tokoh Stoikisme bukan hanya mengenali pandangan dan sikap ini, tetapi mereka memeluknya dengan sungguh sungguh. 









Post a Comment for "Apa yang Dimaksud dengan Stoikisme?"