Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inilah Alasan yang Sering Dijadikan Menulis itu Susah: Menulis ya Menulis saja ...

 Ada sesuatu yang mengganjal di hati saya ketika ada pertanyaan, bagaimana caranya menulis? Atau permintaan beberapa teman untuk diajarkan menulis. 

tips menulis ya menulis saja


Saya rasa, jawaban itu sebenarnya sudah dijawab sendiri oleh penanya atau yang meminta diajarkan menulis.


Di sini saya tidak bermaksud ingin membagikan tips-tips menulis. Sebab apapun jenis tips dan triksnya justru akan mudah diterima ketika seseorang itu menulis.


Saya sendiri justru pernah mengalami fase ini. Dimana saya juga pernah berada dalam komunitas teman-teman yang ingin menjadi penulis, pertanyaan bagaimana caranya saya menulis.


Lambat laun, saya menyadari sesuatu. Bahwa menulis itu bukan sesuatu yang harus mengikuti tips-tips tertentu. Karena semuanya akan bermuara pada diri sendiri.


Ada kalanya saya pernah menulis dengan beragam tips dan trik tertentu. Misalnya mengikuti tips dari langkah-langkah menulis dari buku akademisi, tips dari penulis terkenal seperti Pak Donatus A. Nugroho, Helvi Tiana Rosa, atau Arswendo Atmowiloto. 


Kemudian semuanya memiliki pengalaman yang sama. Bahwa apa yang pernah kita tulis itu merupakan suatu seni. 


Ya. Menulis itu adalah seni. Dimana ia sebagai keutuhan rasa dari penulisnya dalam mengungkapkan ide-ide di kepalanya dalam bentuk tulisan.


Seperti yang saya tulis saat ini, ya. Saya tulis dalam kesempatan yang ada. Tidak memikirkan pakem dalam menulis. Yang penting saat ini, saya ingin menulis ya saya tulis lebih dulu. Tentang aturan lain, nanti saya bereskan setelah saya baca.


Karena menulis itu sebuah seni, kemudian berkaitan dengan keinginan untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain melalui kata-kata, tentu itu harus dipertimbangkan. Apakah maksud dari yang dituliskan itu sesuai dengan yang saya inginkan atau ada sesuatu yang dirasa belum tersampaikan.


Lalu mengapa ada hal yang membuat orang lain sulit mengawali untuk menulis?


Saya berusaha menjawabnya dengan berkaca pada pengalaman saya sendiri. Dan berikut inilah yang menurut saya hambatan dalam menulis:


1. Menulis itu harus bagus


Keinginan untuk menulis tulisan yang bagus adalah sebuah momok bagi mereka yang ingin memulai menulis. Ini seperti sesuatu yang harus, padahal, tidak.mungkin menulis itu langsung menjadi bagus. Butuh waktu dan proses. Seiring pendewasaannya dalam menuangkan ide pula yang menjadikannya tulisan lebih bagus. 


Jika ada keinginan menulis kemudian ia menulis namun hasilnya tidak terlalu bagus, maka jangan menyalahkan ini sebagai suatu bakat. Rata-rata yang baru menghasilkan tulisan dan hasilnya kurang bagus, langsung memvonis diri sendiri bahwa dirinya kurang berbakat.


Untuk itu, mari kita belajar dari beberapa tokoh penulis. Di sini saya mempunyai seorang penulis yang saat ini sudah terkenal. Namanya adalah Ariny NH. Dia pernah diundang oleh Dedy Corbuzier di acara Hitam Putih.


Saya dan Ariny pernah dalam komunitas kepenulisan. Kami sering melemparkan karya tulis kami untuk dibedah bersama-sama. Di situlah saya menyadari bahwa awal mula penulis seterkenal Ariny NH pun awal tulisannya tidak terlalu bagus. Proseslah yang membuat Ariny berhasil menyusun puluhan novelnya, hingga Ariny menarik perhatian Dedy Corbuzier untuk menjadi tamu di acara talkshow inspiratifnya itu. 


Jadi, jangan beranggapan bahwa sekali kita berhasil menulis, maka tulisan akan menjadi bagus dan hebat. Semuanya ada waktunya untuk bisa menjadi hebat.


2. Miskin diksi


Salah satu hal yang menjadi beban penulis pemula adalah kurang percaya diri dalam memilih diksi atau pemilihan kata. Kata-kata yang dirangkai dalam tulisannya terlalu kaku dan itu-itu saja. Seolah-olah tulisan begitu monoton dan terasa datar.


Memilih diksi yang tepat memang dibutuhkan dalam menulis agar tulisannya enak dibaca. Belum lagi pemilihan diksi yang tepat akan mengurangi kerancuan dalam menulis. 


Padahal, pemilihan diksi yang tepat juga butuh pemahaman agar diksi yang dipilih tidak menjadikannya rancu.


Pemilihan kata (diksi) akan semakin kaya ketika calon penulis benar-benar menyerap informasi dengan membaca. Semakin banyak bacaan yang dibaca semestinya akan kaya dengan kata-kata.


Dalam forum-forum kepenulisan, diksi adalah sesuatu yang sering menjadi sorotan. Bahkan dalam satu program kepenulisan membahas diksi tertentu. 


Selain itu, pemilihan kata tidak lepas dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sebab diksi akan semakin mudah dipahami oleh penulis berdasarkan maknanya melalui kamus ini. Apalagi, saat ini, KBBI dapat diakses secara daring. 


Mengapa KBBi seakan-akan menjadi "kitab suci" bagi penulis? Sebab diksi akan merujuk pada pemaknaan sebuah kata oleh para ahli bahasa. Dalam hal jnj penyusun KBBI yang ditunjuk kementerian pendidikan terkait bahasa.


3. Takut tulisan jelek


Sepertinya ini sudah dijelaskan dalam poin satu di atas. Akan tetapi, saya ingin membedakannya. Khususnya poin ini menjadi momok yang sering melekat bagi mereka yang ingin menulis.


Ketakutan akan tulisannya dibilang jelek, tidak bagus, takut dihina, takut dicaci-maki, takut dibuli, dan lain-lainya adalah sesuatu yang sering menjadi hambatan.


Apakah Anda tahu Raditya Dika? Ya, seorang komika tanah air yang sangat terkenal itu. Sebelum menjadi yang sekarang, Raditya adalah seorang Blogger. 


Tahukah Anda bahwa Kambing Jantan, salah satu novelnya, itu diangkat dari sebuah tulisan di blog? Kemudian beberapa tulisan dari blognya dibuatkqn film. 


Bagi yang sudah tahu, tulisan blog Raditya banyak sekali kaidah tulisannya yang berantakan. Penulisan kata yang serampangan bahkan terkesan seperti bahasa sms, banyak kata yang seharusnya tidak disingkat tapi malah disingkat seenaknya. Tapi mengapa banyak yang suka dibanding yang tidaknya?


Jawabannya adalah karena Radita berhasil menyampaikan gagasan ceritanya kepada pengunjung blognya. Disitulah poinnya.


Sejelek apapun tulisan dengan tujuan yang jelas dan tepat, saya yakin tidak akan ada tulisan yang jelek.


Jadi, jangan takut duluan bahwa tulisan yang kita buat itu jelek. Sebab jika tulisan yang kita sampaikan itu jelas tujuannya, akan kembali bermanfaat kepada mereka yang memerlukannya.


Satu lagi, saat tulisan itu telah dipublikasikan maka tulisan itu sejatinya tidak lagi menjadi penulis. Tulisan yang kita buat akan menjadi milik orang banyak untuk dinikmati. Apabila pembaca kurang puas terhadap karya tulis kita, percayalah akan ada masanya tulisan itu bermanfaat bagi yang membutuhkannya.


4. Pembaca tulisan kita orang hebat 


Ketakutan selanjutnya adalah anggapan bahwa tulisan kita akan dibaca oleh orang hebat. Oleh orang yang lebih pintar dari kita dan kita akan dikritik habis oleh mereka.


Ketakutan seperti ini seharusnya tidak perlu. Bahkan sangat bagus jika kita mendapati orang hebat berkunjung dan membaca tulisan kita. Sejatinya, orang hebat tersebut akan memberikan tanggapan atau kritiknya lebih dewasa. Sebab mereka tahu ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam tulisan kita. Sehingga kita pun semakin dewasa dalam menulis.


Lalu bagaimana seandainya orang tersebut malah menghina tulisan kita?


Sepertinya saya jelaskan dalam poin tiga. Kembalikan itu pada tujuan kita menulis. Bisa saja tulisan yang kita tulis tidak cocok oleh dia yang sudah tahu, tapi bagi yang belum tentu akan merasa berterima kasih karena sudah diberitahu oleh tulisan Anda.


Saya pernah membuat artikel tentang bagaimana menggunakan caranya ngeprint. Sederhana memang dan mungkin Anda sudah paham tentang isi tulisannya. Bagi Anda mungkin tulisan ini biasa-biasa saja, tapi bagi pembaca yang belum paham ini sangat membantu. Buktinya, salah satu artikel tentang ngeprint ini menjadi artikel teratas dalam pencarian Google -- karena saya menulisnya untuk blog pribadi saya.



5. Belum siap dikritik


Menjadi penulis sejatinya menjadi orang yang tangguh. Menjadi orang yang siap menerima masukan. Baik berupa saran, kritik, maupun cacian.


Kesiapan diri untuk dikritik adalah hal yang bagus. Sebab kita akan mengetahui keinginan dari sasaran pembaca tulisan kita. 


Nah, itulah beberapa bagian yang sering menjadi alasan mengapa kita merasa berat untuk menulis. Katakan saja pada diri sendiri bahwa saya menulis untuk diri sendiri. Memanfaatkan media tulisan untuk menuangkan gagasan untuk menasihati diri sendiri. Sehingga menulis ibarat terapi dalam memperkaya batin. 


So, jangan takut menulis. Hendak menulis? Menulislah!

Syahandrian Eda
Syahandrian Eda Seorang pelajar yang tak berhenti untuk belajar

Post a Comment for "Inilah Alasan yang Sering Dijadikan Menulis itu Susah: Menulis ya Menulis saja ..."